Tidur 8 Jam Saat Dewasa: Kenikmatan yang Patut Disyukuri?

Tidur 8 Jam Saat Dewasa: Kenikmatan yang Patut Disyukuri?
Oplus_131072

Tiga tahun belakangan ini aku beberapa kali mengalami sulit tidur atau lebih sering disebut dengan insomnia, dan puncaknya terparah di tahun 2024.

 

Mengobrol dengan teman-teman soal masalah sulit tidur, ternyata aku tidak sendirian. Ada beberapa teman yang usianya hampir sama atau bahkan lebih tua mengalami masalah yang sama sepertiku.

 

Lalu aku jadi bertanya-tanya “benarkah bisa tidur 8 jam dalam sehari setelah usia memasuki dewasa itu adalah suatu hal yang istimewa dan patut disyukuri?.

Benarkah bisa tidur 8 jam sehari di usia dewasa patut disyukuri?

Awalnya aku mulai merasakan sulit tidur itu di akhir tahun 2021. Di saat pulang kerja masuk shift kedua atau shift siang yang pulang jam 22.00 WIB, biasanya sampai rumah sekitar pukul 22.30 kurang.

 

Di saat tubuh dalam kondisi capek-capeknya dan butuh istirahat, justru malah tidak bisa tidur. Padahal esok harinya harus masuk shift pagi atau satu.

 

Pada akhirnya aku hanya bisa tidur beberapa jam menjelang pagi. Tubuh kurang fit serta masih merasa mengantuk tetap harus menjalani rutinitas masuk pagi seperti biasanya pukul 07.00 WIB sudah berangkat kerja.

 

Namun dulu awalnya aku jarang merasakan itu, dan pada saat hari-hari tertentu saja. Entah kenapa lama-lama kelamaan jadi lebih sering tidak bisa tidur.

 

Bahkan di tahun 2024 aku pernah 24 jam tidak bisa tidur. Alhasil esoknya pusing parah seperti ketika sedang sakit demam dan flu.

Bagaimana cara mengatasi insomnia?

Tanya ke teman-teman hingga konsultasi ke dokter disarankan untuk menjauhkan handphone sebelum tidur, tidur dalam kondisi lampu mati atau pakai lampu tidur, jangan overthinking sebelum tidur, hingga tidur pakai penutup mata.

 

Padahal dulu sejak kecil hingga sebelum memasuki umur 20-an aku tidur ya biasa saja, tidak kesulitan seperti setelah memasuki umur dewasa.

 

Tapi memang aku sejak kecil tidak bisa tidur tanpa lampu nyala. Bahkan saat tiba-tiba listrik padam di tengah malam aku langsung terbangun.

 

Untuk bisa tidur lagi aku harus mencari sumber penerangan dulu, entah senter, lilin, ataupun lampu LED. Kalau tidak ada itu, sebelum listrik nyala lagi, aku tidak akan bisa tidur.

Itu adalah kebiasaanku sedari kecil. Karena itu ketika disarankan untuk tidur dalam lampu mati agar bisa mengatasi insomnia, aku kebingungan, khawatir tambah tidak bisa tidur.

Lalu aku coba menerapkan saran jauhkan HP sebelum tidur dan tidur menggunakan penutup mata, dan Alhamdulillah lumayan berhasil bisa tidur agak lama dibandingkan sebelumnya yang hanya 2-3 jam setiap harinya. Walau kadang juga masih mengalami kesulitan tidur.

 

Selain itu, aku juga coba beli lampu tidur. Beberapa hari berhasil bisa tidur lebih lama setelah menggunakannya. Namun saat tanpa sengaja lampu tidurnya tersenggol dan jatuh, walau tidak pecah lampunya sudah tidak bisa nyala lagi.

Selain sulit bisa tidur, aku juga mudah terbangun di tengah-tengah waktu tidur. Setelah itu tidak bisa tidur lagi hingga pagi.

 

Hal itulah yang membuat jam tidurku sedikit, rata-rata sehari hanya 2-4 jam. Efeknya pun aku jadi mudah ngantuk saat siang hari, dan menggangu waktu kerja.

 

Setelah mencoba mengatur waktu tidur dengan membiasakan diri tidur lebih awal setiap harinya, sekarang jadi terbangun di sekitar jam 02.00 atau 03.00 WIB.

 

Meskipun belum bisa tidur 8 jam, setidaknya kini aku tidurku sudah cukup lama waktunya dibandingkan sebelumnya dan tidak insomnia lagi.

Nah itulah caraku mengatasi masalah kesulitan tidur (insomnia) setelah memasuki usia dewasa. Bagaimana dengan pengalamanmu? Tulis di komentar ya!

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *